Pulang Kantor


Sudah tidak ada suara, sepi dan sunyi. Gw duduk di kubikal kecil bernuansa hijau, ditemani sama laptop dan tumpukan kertas yang berserakan di sisi meja.

Sudah jam 9 pikir gw, sambil memutar kepala melihat keliling ruangan sebesar 20 x 20 Meter, Gak ada orang lagi, bener bener cuma gw sendirian. Rasanya sangat nyaman dan gw bener bener menikmati pelukan sunyi ruangan ini.

Gw masih inget, orang terakhir yang keluar ruangan dan meninggalkan gw sendirian, seorang konsultan yang sedang menunggu arus jalan raya agar sedikit lebih sepi, agar dia bisa berkendara senyaman mungkin sampai kerumah. Selepas dia pergi, ruangan menjadi sangat hening dan sunyi, tidak ada lagi bunyi kutak kutik keyboard yang berasal dari laptopnya, sungguh sepi bahkan terlalu sepi.

Seorang diri dalam ruangan yang besar, bisa menimbulkan halusinasi yang terbentuk dari memori kita. Tidak ada siapapun di ruangan besar ini, tapi gw masih bisa mendengar ketukan keyboard yang terdengar jelas dan kadang samar samar, saat gw konsentrasi mencari algoritma terbaik dalam aplikasi yang menjadi tanggung jawab gw, suara ketukan itu menjadi keras dan jelas, masuk kedalam lubang telinga dan menggenggam otak mencari perhatian, seakan ingin berkata dengarkan aku. Tapi suara itu segera hilang setelah gw memusatkan perhatian dan pendengaran ke arah sumber suara tersebut.

Gw yakin itu adalah memori sebelum konsultan tadi meninggalkan ruangan, saat dia masih duduk di ujung sana dan mengetukan jarinya di keyboard, suaranya masuk kedalam otak gw dan menggoreskan data berupa suara suara ketukan. Setelah dia pergi, ruangan menjadi sunyi dan secara liar otak gw kembali membaca goresan data suara di otak, sehingga suara ketukan tersebut terdengar kembali.

Setidaknya itu adalah teori gw, tapi langsung terpatahkan setelah gw coba merenung menjauhkan laptop dari pandangan, mencondongkan pandangan ke atas dan menarik napas panjang, mencoba berbaur dengan suasana sunyi di ruangan, bawalah aku.. aku adalah kesunyian..


Gemercik gorden yang di hembus lembut angin ruangan pun terdengar dengan jelas, mematuk matuk kaca jendela di sisi belakang ruangan ini, berharap ingin keluar dan terbang bebas. Semua benda menjadi berdecit, menjadi jelas dan tidak samar, jeritan daun pintu yang bergantung di engselnya, deru mesin foto copy dan desahan printer yang sedang standby, semuanya terdengar sangat jelas dan sangat dekat. Gw harus pulang

Gw masukan laptop dan charger kedalam tas, mengangangkatnya dan meletakan di punggung, memutar kepala sekali lagi melihat sekeliling ruangan. Menarik napas panjang dan berjalan menuju pintu keluar, menuju koridor sepanjang 20 Meter, gw tengokan kepala untuk melihat pintu kaca di ujung koridor yang sudah terkunci, terlihat ruangan jembatan penghubung yang sudah gelap, Dan bergegas berjalan menuju Lift.

Ruangan lift di gedung ini tidak begitu besar, di ruangan 3 x 6 meter tersebut terdapat 3 buah Lift yang tidak beroperasi sebagian, karena penghematan listrik maka hanya ada 1 lift yang beroperasi, begitu juga dengan lampu di ruangan tersebut, di padamkan.

Satu satunya sumber cahaya adalah lampu koridor di belakang ruangan Lift, karena pintu ruangan lift berupa 2 lembar kaca, maka cahaya dari luar dapat masuk dan menerangi sebagain ruangan lift ini, kecuali pojokan di sebelah kanan, tempat alat absensi berdiri.

Rasanya lama sekali menunggu lift turun menyambangi lantai gw, tanda panah lift yang mengarah bawah menunjukan lift sedang berada di lantai atas menuju ke bawah, mungkin habis mengantarkan security yang sedang melakukan cek rutin ke setiap lantai.

Berhenti, lift akhirnya berhenti di lantai gw, terbuka dan gw melihat ruangan lift yang kosong. Gw berhenti sebentar di depan lift, melihat setiap pojokan dari ruangan lift tersebut dan melangkahkan kaki secara hati hati, gw paling gak suka kalau ada orang yang naik lift sembarangan, apalagi bercanda sambil lompat lompat di lift, Itu tidak lucu.

Berdiri persis di depan pintu saat lift menutup untuk bergerak turun, tampaknya gw sendirian di lift ini, gw lihat kebelakang, dan ternyata benar gw hanya sendirian, ada perasaan aneh kalau gw diri di depan pintu lift, ruangan lift yang kosong di belakang gw, menimbulkan misteri tersendiri. Seakan ada seorang nenek nenek tua memakai tongkat yang berdiri di belakang gw, memandang belakang kepala gw tanpa rasa.

Untuk menghindari rasa misterius terhadap ruang kosong di lift, kadang gw bersender kebelakang lift, sehingga gw bisa lihat seluruh ruangan lift yang kosong itu, dan tidak ada lagi ruangan kosong yang tidak terlihat oleh gw. Tapi kali ini gw tetap di depan pintu lift, membiarkan ruangan kosong di belakang gw tidak nampak oleh mata, membiarkan ilusi bergerak liar membentuk nenek nenek tua memakai tongkat, dan membiarkan dia menemani selama gw di dalam lift, ternyata rasanya sangat nyaman seakan kita saling mengerti dan saling menjaga.

Lift telah mencapai lantai dasar, pintu lift pun tebuka, gw melangkah keluar dan memutar kepala kebelakang untuk melihat ruangan lift, dan melihat ruangan lift yang kosong dan sendiri. Entah lega ataupun kecewa, tapi jatung gw berdebar saat gw meliat ruangan kosong itu, seakan gw mengharapkan sesuatu selain ruangan lift yang kosong.

Udara di luar gedung ternyata lebih dingin dari pada udara di dalam gedung, dicampur tiupan angin malam yang membelai dan mengitari leher. Gw harus berjalan sekitar 2 menit untuk sampai ke parkiran, menerjang dinginnya angin malam yang ingin masuk ke sela sela rongga dari baju gw. Seperti hidup dan mencari kehangatan tubuh manusia, apa benar angin adalah udara yang bergerak karena tekanan di sekelilingnya, atau angin adalah mikro organism yang bergerak untuk mencari kehangatan.

Melihat motor gw diparkiran bersama motor yang lain, menandakan masih ada orang yang dikantor yang berjuang menyelesaikan kewajibannya secepat mungkin, gw cari konci motor yang gw simpan di kantung celana, dan menyalakan motor setelah menemukan koncinya. Tersenyum dalam hati memandang motor dan berbisik pelan “Mari kita pulang”.

logoblog

Share this:

CONVERSATION

8 comments:

  1. Nggak takut mbak sendirian di ruangan sebesar itu .:D

    BalasHapus
  2. wah, dipanggil "mbak"... hahaha.. :))

    BalasHapus
  3. @rhein
    gawat nie kalo ud terbiasa

    BalasHapus
  4. kirain bakalan ada yang serem di akhir cerita :p

    BalasHapus
  5. @justaya
    gak serem kok... kan gak ada apa2nya :)

    BalasHapus
  6. nenek-nenek pake tongkat? :s uuhhhhh..

    BalasHapus
  7. @takuya
    untungnya bawa tongkat.. bukan gergajii mesin

    BalasHapus